SAMPLING AUDIT
Sampling
audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur
dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai
beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Auditor
seringkali mengetahui dimana saldo-saldo akun dan transaksi yang mungkin sekali
mengandung salah saji. Auditor mempertimbangkan pengetahuan ini dalam
perencanaan prosedur auditnya, termasuk sampling audit. Auditor biasanya tidak
memiliki pengetahuan khusus tentang saldo-saldo akun atau transaksi lainnya
yang menurut pertimbangannya, perlu diuji untuk memenuhi tujuan auditnya. Dalam
hal terakhir ini, sampling audit sangat berguna.
Sampling
audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian, maupun
pengujian substantif. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan
sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau
tanya jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit banyak diterapkan
auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi.
Sampling audit jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti
audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang
ketiga.
Tahapan Sampling Audit
Langkah-langkah
sampling dibagi dalam enam tahap:
1. Menyusun Rencana
Audit
Kegiatan sampling audit
diawali dengan penyusunan rencana audit. Pada tahap ini ditetapkan:
Jenis pengujian yang
akan dilakukan, karena berpengaruh pada jenis sampling yang akan digunakan.
Pada pengujian pengendalian biasanya digunakan sampling atribut, dan pada
pengujian substantif digunakan sampling variabel.
Tujuan pengujian, pada
pengujian pengendalian untuk meneliti derajat keandalan pengendalian, sedangkan
pengujian substantif tujuannya meneliti kewajaran nilai informasi kuantitatif
yang diteliti.
Populasi yang akan
diteliti, disesuaikan dengan jenis dan tujuan pengujian yang akan dilakukan.
Asumsi-asumsi yang akan
digunakan dalam penelitian, terutama yang diperlukan untuk menentukan unit
sampel dan membuat simpulan hasil audit, seperti tingkat keandalan, toleransi
kesalahan, dan sebagainya.
2. Menetapkan
Jumlah/Unit Sampel
Tahap berikutnya adalah
menetapkan unit sampel. Jika digunakan metode sampling statistik, unit sampel
ditetapkan dengan menggunakan rumus/formula statistik sesuai dengan jenis
sampling yang dilakukan. Pada tahap ini hasilnya berupa pernyataan mengenai
jumlah unit sampel yang harus diuji pada populasi yang menjadi objek
penelitian.
3. Memilih Sampel
Setelah diketahui
jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah memilih sampel dari
populasi yang diteliti. Jika menggunakan sampling statistik, pemilihan
sampelnya harus dilakukan secara acak (random).
4. Menguji Sampel
Melalui tahap pemilihan
sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang harus diteliti. Selanjutnya,
auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut. Hasilnya, auditor akan
memperoleh informasi mengenai keadaan sampel tersebut.
5. Mengestimasi Keadaan
Populasi
Selanjutnya,
berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor melakukan evaluasi hasil
sampling untuk membuat estimasi mengenai keadaan populasi. Misalnya berupa
estimasi tingkat penyimpangan/kesalahan, estimasi nilai interval populasi, dan
sebagainya.
6. Membuat Simpulan
Hasil Audit
Berdasarkan estimasi
(perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor membuat simpulan hasil audit.
Biasanya simpulan hasil audit ditetapkan dengan memperhatikan/ membandingkan
derajat kesalahan dalam populasi dengan batas kesalahan yang dapat ditolerir
oleh auditor. Jika kesalahan dalam populasi masih dalam batas toleransi,
berarti populasi dapat dipercaya. Sebaliknya, jika kesalahan dalam populasi
melebihi batas toleransi, populasi tidak dapat dipercaya.
STATISTICAL DAN
NONSTATISTICAL SAMPLING
Standar Profesional
Akuntan Publik pada Standar Pekerjaan Lapangan ketiga menyatakan bahwa:
“Bukti audit kompeten
yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan,
dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan”.
Ada dua pendekatan umum
dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk memperoleh bukti audit
kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah:
1. Sampling statistik
(statistical sampling)
2. Sampling
nonstatistik (nonstatistical sampling)
Kedua pendekatan
tersebut apabila diterapkan sebagaimana mestinya akan menghasilkan bukti audit
yang cukup. Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor untuk menggunakan
pertimbangan profesionalnya dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari
sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau
kelompok transaksi yang berkaitan.
Cukup atau tidaknya
bukti audit berkaitan dengan, antara lain desain dan ukuran sampel audit.
Ukuran sampel yang diperlukan untuk menghasilkan bukti audit yang cukup
tergantung pada tujuan dan egisiensi sampel. Untuk tujuan tertentu, efisiensi
sampel berhubungan dengan desainnya. Suatu sampel akan lebih efisien daripada
yang lain jika sampel tersebut dapat mencapai tujuan yang sama dengan ukuran
sampel yang lebih kecil. Secara umum, desain yang hati-hati akan menghasilkan
sampel yang lebih efisien.
Penilaian kompetensi
bukti tidak ditentukan oleh rancangan dan penilaian atas sampel audit.
Penilaian kompetensi bukti audit semata-mata merupakan pertimbangan audit.
Penilaian sampel hanya berkaitan dengan kemungkinan bahwa keberadaan salah
saji, atau penyimpangan moneter dari kebijakan dan prosedur struktur
pengendalian intern yang ditetapkan adalah dimasukkan dalam sampel secara
proporsional. Oleh karena itu, pemilihan metode sampling statistik atau
sampling non statistik tidak secara langsung mempengaruhi keputusan auditor
mengenai:
a. Prosedur audit yang
akan diterapkan atas sampel yang dipilih.
b. Kompetensi bukti
audit yang diperoleh berkaitan dengan item sampel individual.
c. Tanggapan auditor
atas kesalahan yang ditemukan dalam item sampel.
Pemilihan antara kedua
pendekatan tersebut didasarkan terutama pada pertimbangan manfaat dan biaya.
Auditor dapat menggunakan sampling statistik atau sampling non statistik atau
kedua-duanya dalam melaksanakan pengujian audit.
SAMPLING DAN RISIKO
AUDIT
Beberapa
tingkat ketidakpastian secara implisit termasuk dalam konsep “sebagai dasar
memadai untuk suatu pendapat” yang diacu
dalam standar pekerjaan lapangan ketiga. Dasar untuk menerima beberapa
ketidakpastian timbul dari hubungan antara faktor-faktor seperti biaya dan
waktu yang diperlukan untuk memeriksa semua data dan konsekuensi negatif dari
kemungkinan keputusan yang salah yang didasarkan atas kesimpulan yang
dihasilkan dari audit terhadap data sampel saja. Jika faktor-faktor ini tidak
memungkinkan penerimaan ketidakpastian, maka alternatifnya hanyalah memeriksa
semua data. Karena hal ini jarang terjadi, maka konsep dasar sampling menjadi
lazim dalam praktik audit.
Ketidakpastian
yang melekat dalam penerapan prosedur-prosedur audit disebut risiko audit.
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadarinya
tidak memodifikasi sebagaimana mestinya pendapatnya atas suatu laporan keuangan
yang mengandung salah saji material. Risiko audit terdiri dari: (a) risiko
[meliputi risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk)]
bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji (disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan) yang dapat menjadi material terhadap laporan
keuangan apabila digabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau golongan
transaksi lainnya, dan (b) risiko
[risiko deteksi (detection risk)] bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah
saji tersebut. Pembahasan berikut menjelaskan risiko audit dalam konteks tiga
komponen risiko di atas.
a. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah
kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji
material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Risiko
salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi
tertentu dibandingkan dengan yang lain. Sebagai contoh, perhitungan yang rumit
lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang
sederhana.
b. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian
adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu
asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian
intern entitas. Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain dan operasi
pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang relevan dengan penyusunan
laporan keuangan entitas.
c. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah
risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat
dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit
dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian
yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan
transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun
saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100%. Ketidakpastian lain
semacam itu timbul karena auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang
tidak sesuai, menerapkan secara keliru prosedur yang semestinya, atau
menafsirkan secara keliru hasil audit.
Dengan
menggunakan pertimbangan profesional, auditor menilai berbagai faktor untuk
menentukan risiko bawaan dan risiko pengendalian (penentuan risiko pengendalian
pada tingkat yang lebih rendah daripada tingkat maksimum akan menuntut
pelaksanaan pengujian atas pengendalian), dan melakukan pengujian substantif
(prosedur analitik dan pengujian atas rincian saldo-saldo akun atau kelompok
transaksi) untuk membatasi risiko deteksi.
Risiko
audit meliputi ketidakpastian yang disebabkan oleh sampling dan ketidakpastian
yang disebabkan oleh faktor-faktor selain sampling. Aspek-aspek risiko audit
adalah risiko sampling dan risiko nonsampling.
Risiko
sampling timbul dari kemungkinan bahwa, jika suatu pengujian pengendalian atau
pengujian substantif terbatas pada sampel, kesimpulan auditor mungkin menjadi
lain dari kesimpulan yang akan dicapainya jika cara pengujian yang sama
diterapkan terhadap semua unsur saldo akun atas kelompok transaksi. Dengan
pengertian, suatu sampel tertentu mungkin mengandung salah saji moneter atau
penyimpangan dari pengendalian yang telah ditetapkan, yang secara proporsional
lebih besar atau kurang daripada yang sesungguhnya terkandung dalam saldo akun
atau kelompok transaksi secara keseluruhan. Untuk suatu desain sampel tertentu,
risiko sampling akan bervariasi secara berlawanan dengan ukuran sampelnya:
semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingya.
Risiko
nonsampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan
sampling. Seorang auditor mungkin menerapkan prosedur audit terhadap semua
transaksi atau saldo dan tetap gagal mendeteksi salah saji yang material.
Risiko nonsampling meliputi kemungkinan pemilihan prosedur audit yang tidak
semestinya untuk mencapai tujuan audit tertentu. Sebagai contoh, pengiriman
surat konfirmasi atas piutang yang tercatat tidak dapat diandalkan untuk
menemukan piutang yang tidak tercatat. Risiko nonsampling juga muncul karena
auditor mungkin gagal mengenali salah saji yang ada pada dokumen yang
diperiksanya, hal yang akan membuat prosedur audit menjadi tidak efektif
walapun ia telah memeriksa semua data.
Jenis Pengujian Audit
yang Mungkin Memerlukan Sampling
1. Pengujian
pengendalian
2. Pengujian substantif
atas transaksi
3. Pengujian atas
rincian saldo
Sebagian besar konsep
sampling untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaki
dapat juga diterapkan bagi sampling pengujian atas rincian saldo.
Dalam kedua kasus
auditor ingin membuat kesimpulan mengenai populasi secara keseluruhan
berdasarkan sampel. Karena pengujian pengendalian, pengujian substantif atas
transaksi, dan pengujian atas rincian saldo. Untuk mengatasi resiko sampling,
auditor dapat menggunakan metode non statistik atau statistik atas ketifa jenis
pengujian tersebut. Perbedaan utama antara pengujian pengendalian, pengujian
substantif atas transaksi dan pengujian atas rincian saldo terletak pada apa
yang ingin diukur oleh auditor.
Jenis Statistical
Sampling
Ada dua macam teknik
sampling statistik, yaitu:
a. Attribute sampling
Teknik ini digunakan
dalam pengujian pengendalian. Kegunaanya adalah untuk memperkirakan tingkat
deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam populasi.
b. Variables sampling
Teknik ini digunakan
dalam pengujian substantif. Kegunaan variables sampling adalah untuk
memperkirakan jumlah rupiah total dari populasi atau jumlah rupiah kesalahan
dalam populasi.
Resiko Sampling
Auditor harus
menerapkan pertimbangan profesional dalam menentukan risiko sampling. Dalam
menyelenggarakan pengujian substantif atas rincian, auditor memperhatikan dua
aspek dari risiko sampling: Risiko keliru menerima (risk of incorrect
acceptance), yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan basil sampel, bahwa
saldo akun tidak berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo
akun telah salah saji secara material. Risiko keliru menolak ( risk of
incorrect reject ion) , yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil
sampel, bahwa saldo akun berisi salah saji secara material, padahal
kenyataannya saldo akun tidak berisi salah saji secara material. Auditor juga
memperhatikan dua aspek risiko sampling dalam menyelenggarakan pengujian
pengendalian jika ia
menggunakan sampling:
Risiko penentuan
tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk
too low), yaitu risiko menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan
hasil sample, terlalu rendah dibandingkan dengan efektivitas operasi
pengendalian yang sesungguhnya.
Risiko penentuan
tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing control risk
too high), yaitu risiko menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan
hasil sample, yang terlalu t inggi dibandingkan dengan efekt ivitas operasi
pengendalian yang sesungguhnya.
Risiko keliru menolak
dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi, berkaitan
dengan efisiensi audit. Sebagai contoh, jika penilaian auditor atas sampel
audit menuntunnya pada kesimpulan awal yang keliru bahwa suatu saldo telah
salah saji secara material, padahal kenyataannya tidak demikian, penerapan
prosedur tambahan dan pertimbangan atas bukti-bukti audit yang lain biasanya
akan menuntun auditor ke kesimpulan yang benar. Sama halnya, jika penilaian
auditor atas sampel menuntunnya pada penentuan tingkat risiko pengendalian yang
terlalu tinggi, maka biasanya auditor akan memperluas lingkup pengujian
substantif untuk mengkompensasi anggapannya atas ketidakefektivan pengendalian
Walaupun audit dilaksanakan kurang efisien dalam kondisi tersebut, namun tetap
efektif.
Risiko keliru menerima
dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah, berkaitan
dengan efektivitas audit dalam pendeteksian terhadap ada atau tidaknya salah
saji yang material. Risiko-risiko ini akan dibahas pada paragraf-paragraf
selanjutnya.
0 komentar:
Post a Comment